Jumat, 16 April 2010

Rambut Bisa Menyingkap Adanya Racun

Gayatri Pamoedji sudah berkali-kali mengirimkan sampel rambut anaknya yang menyandang autisme ke sebuah laboratorium di Australia. Awalnya, enam bulan sekali, lalu setahun sekali, dan terakhir dua tahun lalu. Buah hatinya tersebut hidup dengan autisme.

Kami memutuskan memakai analisis rambut sebagai alat bantu menentukan terapi yang tepat sekaligus memantau perkembangannya, terutama jenis asupannya,” ujarnya di sela acara ”Tanya Jawab Seputar Autisme” yang menghadirkan pakar nutrisi dan autisme dari Australia, Igor Tabrizian, beberapa waktu lalu. Dalam seminar tersebut, Igor menerangkan mengenai analisis rambut sebagai salah satu alat bantu dalam melihat perkembangan pasiennya.

Analisis terhadap rambut tersebut, kata Gayatri lagi, bersamaan dengan konsultasi dengan ahli kesehatan. Gayatri, yang juga Pendiri Masyarakat Peduli Autis Indonesia itu, berpendapat, tidak semua anak dengan autisme membutuhkan analisis rambut. ”Itu disesuaikan dengan kebutuhan dan terapi pilihannya. Tes rambut masih jarang dilakukan karena relatif mahal,” ujarnya.

Hasil analisis dikirim ke laboratorium untuk dianalisis dengan dokter yang bersangkutan. Untuk mengevaluasi 17 logam berat, dibutuhkan hanya sekitar 600 miligram rambut.

Mengapa rambut?
Igor Tabrizian menerangkan, analisis rambut memberikan informasi pola permanen dari kantong rambut. Dalam analisis rambut, ahli menghitung nutrisi dan kadar racun terkandung dalam rambut.

Rambut menjadi medium yang ideal untuk dianalisis lantaran ditentukan oleh masuknya substansi dari luar melalui darah.

Analisis rambut memiliki kelebihan ketika mendeteksi keberadaan logam berat. Tes darah dan tes urine, misalnya, kurang dapat memberikan indikasi dari jalur pengeluaran lain logam serta pengurangan tumpukan logam dari tubuh. Kedua tes itu tidak dapat menggambarkan kondisi dalam jangka panjang mengenai banyaknya metal racun di dalam tubuh.

Darah mengukur komponen yang terserap sementara dalam sirkulasi sebelum pembuangan dan penyimpanan. Kelebihan tes darah ialah dapat mengenali penyakit-penyakit yang ada dalam tubuh. Hal itu memungkinkan tenaga medis menentukan jenis penyakit dan tingkat pengobatan yang dibutuhkan.

Tes urine juga tidak memadai karena hanya mencerminkan kadar logam berat beracun yang dilepaskan dari darah oleh ginjal untuk jangka waktu pendek, yakni beberapa jam saja.

Dalam rambut, kuku, dan gigi lah mineral-mineral dalam bentuk kecil disimpan. Rambut manusia merupakan rekaman sejarah yang bisa merefleksikan perubahan metabolisme. Selama struktur rambut tidak berubah, mineral tertanam dalam rambut dan kadarnya tidak berubah walaupun rambut memanjang. Analisis akurat memberikan konsentrasi mineral yang terakumulasi dalam rambut pada waktu pertumbuhan, sekitar satu sampai tiga bulan.

Analisis rambut mampu mengidentifikasikan kekurangan nutrisi jangka panjang yang merupakan akar dari penyakit yang ada serta menemukan logam beracun yang dapat menimbulkan penyakit.

Contoh menarik pemanfaatan analisis rambut ialah pada anak dengan autis.
Igor meyakini, autis terkait erat dengan otak, pencernaan, dan racun. Walaupun penyebabnya masih belum diketahui pasti. ”Merkuri bukan penyebab autis, melainkan persoalannya ialah ketidakmampuan anak membuang merkuri secara alami dari tubuhnya. Anak dengan autis mengalami kesulitan membuang racun-racun dalam tubuhnya, terutama logam berat,” ujarnya.

Analisis rambut dapat digunakan untuk mendeteksi keparahan kondisi anak dengan autis. Pada anak sindrom autis parah, merkuri yang terdeteksi di rambut biasanya sangat rendah karena masih belum dapat dikeluarkan tubuh.

Setelah dilakukan terapi dan diadakan pengetesan kembali, biasanya kadar merkuri meningkat. Perbaikan terus terjadi dengan penanganan yang baik. ”Setelah penanganan tepat, lama-kelamaan, kadar merkuri pada rambut akan terus turun mencerminkan berkurangnya merkuri dalam tubuh,” ujarnya.

Elemen racun lain yang dapat dilihat dari anak dengan autis, antara lain, adalah aluminium, antimonium, arsenik, kadmium, timbel, dan barium.

Serba-serbi analisis
Penggunaan analisis rambut pada anak dengan autis hanya salah satu contoh. Pemakaian analisis rambut sebetulnya telah dikenal sejak tahun 1800-an, terutama untuk melihat keberadaan racun arsenikum. Dalam perkembangannya, analisis rambut lebih banyak dikenal oleh dunia forensik, riset ilmiah, dan pengetesan obat.

Analisis rambut memberikan informasi tentang nomor, tipe, dan jumlah logam berat beracun. Analisis rambut dapat mendeteksi komposisi puluhan macam mineral, yaitu sulfur, antimonium, uranium, arsenik, berilium, merkuri, kadmium, timbel, aluminium, germanium, barium, bismut, rubidium, litium, nikel, platinum, dan talium. Selain itu juga dapat mendeteksi iodin, vanadium, strontium, tin, titanium, tungsten, zirkonium, kalsium, magnesium, natrium, kalium, tembaga, seng, fosfor, zat besi, mangan, kromium, selenium, boron, kobalt, dan molibdenum.

Pemerintah Amerika Serikat dan penegak hukum di sana telah menggunakan analisis rambut selama beberapa dekade untuk mendapatkan bukti kondusif dalam penyidikan kejahatan dan tes kecanduan obat dari para narapidana. Pada kasus Presiden Amerika Serikat Andrew Jackson, analisis rambut digunakan untuk menyelidiki kemungkinan presiden itu dibunuh dengan racun.

Mengutip The New York Times 10 Juni 2008, dengan menggunakan analisis rambut, sejumlah ilmuwan Italia mematahkan ”teori” bahwa Napoleon Bonaparte diracun dengan arsenikum. Mereka memeriksa sampel rambut Napoleon, anak, dan istrinya. Mereka berkesimpulan,

Napoleon tidak diracun, tetapi terekspos polutan lingkungan dalam jangka lama lantaran jumlah arsenikum yang tinggi. Itu juga ditemukan pada anak dan istrinya.
Analisis rambut sendiri masih asing dan kontroversial di bidang kesehatan. Ada yang meragukan kestabilan dan keakuratan hasilnya. Namun, untuk sejumlah kondisi seperti autis, sklerosis ganda, dan anak dengan gangguan belajar, analisis rambut dianggap menolong pemeriksaan.

”Dokter pada umumnya belum mampu menerjemahkan hasil analisis rambut sehingga analisis ini tidak dianggap sebagai alat yang penting,” ujar Igor. Tes sendiri bukanlah merupakan suatu diagnosis, melainkan sebagai alat bantu.
Indira Permanasari
Posting : Kompas.com

Tidak ada komentar: